Peringatan Nisfu Sya’ban tidak hanya dilakukan di Indonesia saja. Al-Azhar sebagai yayasan pendidikan tertua di Mesir bahkan di seluruh dunia selalu memperingati malam yang sangat mulia ini. Hal ini karena diyakini pada malam tersebut Allah akan memberikan keputusan tentang nasib seseorang selama setahun ke depan. Keutamaan malam nisfu Sya’ban diterangkan secara jelas dalam kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali.
Imam Ghazali mengistilahkan malam Nisfu Sya’ban sebagai malam yang penuh dengan syafaat (pertolongan). Menurut al-Ghazali, pada malam ke-13 bulan Sya’ban Allah SWT memberikan seperti tiga syafaat kepada hambanya. Sedangkan pada malam ke-14, seluruh syafaat itu diberikan secara penuh. Dengan demikian, pada malam ke-15, umat Islam dapat memiliki banyak sekali kebaikan sebagai penutup catatan amalnya selama satu tahun. Karepa pada malam ke-15 bulan Sya’ban inilah, catatan perbuatan manusia penghuni bumi akan dinaikkan ke hadapan Allah SWT.
Para ulama menyatakan bahwa Nisfu Sya’ban juga dinamakan sebagai malam pengampunan atau malam maghfirah, karena pada malam itu Allah SWT menurunkan pengampunan kepada seluruh penduduk bumi, terutama kepada hamba-Nya yang saleh.
HADIST KEUTAMAAN NISFU SYA’BAN
Tentang keutamaan malam Nisfu Sya’ban ini, dimana kita dianjurkan untuk melakukan ibadah terutama untuk memohon ampun, memohon rezeki dan umur yang bermanfaat, terdapat beberapa hadis yang menurut sebagian ulama sahih. Diantaranya
Hadist pertama
Diriwayatkan dari Siti A’isyah ra berkata, :”“Suatu malam rasulullah salat, kemudian beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah diambil, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah usai salat beliau berkata: “Hai A’isyah engkau tidak dapat bagian?”. Lalu aku menjawab: “Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama”. Lalu beliau bertanya: “Tahukah engkau, malam apa sekarang ini”. “Rasulullah yang lebih tahu”, jawabku. “Malam ini adalah malam nisfu Sya’ban, Allah mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki” (H.R. Baihaqi) .
Hadits Kedua
Diriwayatkan dari Siti Aisyah ra bercerita bahwa pada suatu malam ia kehilangan Rasulullah SAW. Ia lalu mencari dan akhirnya menemukan beliau di Baqi’ sedang menengadahkan wajahnya ke langit. Beliau berkata: “Sesungguhnya Allah Azza Wajalla turun ke langit dunia pada malam nishfu Sya’ban dan mengampuni (dosa) yang banyaknya melebihi jumlah bulu domba Bani Kalb.” (HR Turmudzi, Ahmad dan Ibnu Majah)
Hadis Ketiga
Diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asy’ari RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah pada malam nishfu Sya’ban mengawasi seluruh mahluk-Nya dan mengampuni semuanya kecuali orang musyrik atau orang yang bermusuhan.” (HR Ibnu Majah)
Hadis Keempat
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib KW bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Jika malam nishfu Sya’ban tiba, maka salatlah di malam hari, dan berpuasalah di siang harinya, karena sesungguhnya pada malam itu, setelah matahari terbenam, Allah turun ke langit dunia dan berkata, Adakah yang beristighfar kepada Ku, lalu Aku mengampuninya, Adakah yang memohon rezeki, lalu Aku memberinya rezeki , adakah yang tertimpa bala’, lalu Aku menyelamatkannya, demikian seterusnya hingga terbitnya fajar.” (HR Ibnu Majah).
Sebagian
Ulama berpendapat bahwa hadis lemah dapat digunakan untuk Fadlail A'mal
(keutamaan amal). Walaupun hadis-hadis tersebut tidak sahih, namun
melihat dari hadis-hadis lain yang menunjukkan kautamaan bulan Sya'ban,
dapat diambil kesimpulan bahwa malam Nisfu Sya'ban jelas mempunyai
keuatamaan dibandingkan dengan malam-malam lainnya.
Ulama
Tabiin Atha’ bin Yassar berkata: Tidak ada malam yang lebih utama
setelah malam Lailatul Qadar kecuali malam Nisfu Sya’ban. Pada malam itu
Allah swt turun ke langit dunia lalu menebarkan ampunan kecuali kepada
orang menyekutukan Allah dan bermusuhan”.
Imam
Syafii diriwayatkan berkata:”Sampai kepadaku bahwa do’a dikabulkan pada
lima malam, yaitu malam Jum’at, malam dua hari raya, awal Rajab dan
malam nusfu Sya’ban”.
Ibnu
Taymiyah diriwayatkan berkata: “Malam nisfu Sya’ban di dalamnya
terdsapat keutamaan, orang-orang salaf ada yang menghidupkannya dengan
ibadah, tetapi kumpul-kumpul untuk menghidupkannya merupakan bid’ah”.
Kedua:
bagaimana merayakan malam Nisfu Sya'ban? Adalah dengan memperbanyak
ibadah dan salat malam dan dengan puasa, namun sebagaimana yang
dilakukan Rasulullah saw, yaitu dengan secara sendiri-sendiri. Puasa
pada tiga hari di pertengahan bulan selalu disunnahkan. Begitu juga pada
malam ini hendaknya menjauhkan diri dari maksiat dan tindakan-tindakan
yang tidak ada manfaatnya, seperti hura-hura dan pesta.
Meramaikan
malam Nisfu Sya'ban dengan berlebih-lebihan seperti dengan salat malam
berjamaah, Rasulullah saw tidak pernah melakukannya. Apa yang sering
dilakukan oleh sebagian umat Islam, yaitu Salat Malam Nisfu Sya'ban atau
disebut juga sholat Raghaib sebanyak 100 rakaat, ini tidak ada
landasannya dan termasuk bid'ah. Imam Nawawi dalam kitab Majmuk mencela
amalam ini.
Demikian
juga tidak ada do'a khusus untuk malam nisfu Sya'ban, namun cukup
dengan do'a-do'a umum terutama do'a yang pernah dilakukan Rasulullah.
Jadi sangat dianjurkan untuk meramaikan malam Nisfu Sya'ban dengan cara
memperbanyak ibadah, salat, zikir membaca al-Qur'an, berdo'a dan
amal-amal salih lainnya.
Sebagian umat Islam juga mengenang malam ini sebagai malam diubahnya kiblat dari masjidil Aqsa ke arah Ka'bah.
Ketiga:
Hadist tentang keutamaan malam Nisfu Sya’ban meskipun sebagian dihukumi
sahih oleh para ulama, namun masih banyak yang menjadi pertentangan
(khilafiyah) para ulama, terutama masalah sahih dan dlaifnya. Ini yang
terkadang menyebabkan diantara kita saling mencela. Perbuatan itu tentu
tidak ada manfaatnya sama sekali dan sangat merugikan umat Islam
sendiri. Maka sebaiknya mari saling menghargai dan menghormati. Mereka
yang meyakini kesahihan hadist Nisfu Sya’ban silahkan mengamalkan dengan
menghidupkan malam tersebut dengan berbagai ibadah yang diajarkan
Rasulullah saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar